Sang Nenek bersama kacang-kacangnya (Bagian 1)
Tak tau kemana akan dicari..
Angin malam terus menghampiri..
Detik demi detik terus terlewati..
Berharap kan datang sang pembeli..
Usia tak menjadikan ku penghalang..
Walau cahaya bintang kini tlah menyinari malam..
Kebutuhan ku akan mencari uang..
Hingga raga terpaku dinginnya sang malam..
Mungkin sekilas gambaran dari perjuangan sang nenek yg kan ku ceritakan
kepada sahabat dimensiku..
Kisah dimana seorang nenek yg berjualan kacang dipinggiran jalan
sebelum masuk ke gerbang Perumahan PUSRI Sako Palembang..
Ku terharu melihat nenek yg berjualan hingga larut malam..
Setiap malam ketika aku ingin berbelanja dan melewati gerbang itu, aku selalu
memandang wajah sang nenek yg sangat menanti kacang-kacangnya untuk dibeli
oleh sang pembeli..Yah walau ku membeli tak terlalu banyak, mungkin aku bisa
membuat hati nenek itu senang..Karena aku pun senang ketika sang nenek melempar
senyuman kepadaku..Oiya..Kacang-kacang yg dijual nenek enak lho, sahabat..Kalau
sempat mampir yah kesana..
Namun sahabat pembaca..Malam ini sedikit berbeda karena aku memberanikan diri u/bertanya kepada sang nenek..Tanpa menyinggung perasaannya..Karena aku ingin berbagi kisah sang nenek itu ke dalam dimensi kehidupan ini..
Sambil sang nenek sibuk dengan bungkusan kacangnya..Ku mulai basa-basi bertanya..
Aku : ”Duh, kacang rebus’y tinggal dikit y nek..?”
Nenek : ”Ya nak..Tadi memang nenek bugkusin kacangnya sedikit..Ini nenek bungkusin
lagi”
Aku : ”Makasih yah nek, y kacangnya enak, nek..”
Mulai sedikit fokus mengarah ke pertanyaan mengenai pribadinya sang nenek..
Aku : ”Nek, larut malam seperti ini nenek masih berjualan, apa lagi cuaca
dingin seperti ini tapi nenek terus berjualan..Sampai jam berapa nek
jualannya..?”
Nenek : ” Namanya mencari uang nak..Terkadang sampai jam 11 baru pulang..”
Aku : ”Kl boleh tau, gimana dengan jualannya, nek..Karena kacang enak seperti
Ini, jarang sekali ditemuin..Pasti banyak y nek pembeli yg berdatangan..?”
Nenek : ”Yah ginilah, nak..Namanya juga orang jualan..Kadang rame dan kadang sepi..”
Aku : ”Hmm..Berapa banyak nek yg laku kacangnya disaat rame ataupun sepi..?”
Nenek : ”Kalau disaat sepi mungkin sedkit sekali pembeli..Sekitar 5 sampe 8 ribu uang
yg dibawa pulang..Tapi kalau rame bisa di atas 20 ribu..”
(Akhir’y sang nenek menyebutkan nominal angka jualannya..Karena takut menyinggung perasaan nenek..Segan rasa’y menanyakan nominal itu..)
Aku :”Nek, kapan”beritahu y nek, gimana caranya membuat kacang yg enak ini..”
(sambil terus memakan kacang nenek..)
Nenek :”Untuk kacang rebus ini sekitar 2 jam lebih sedangkan untuk kacang goreng ini
hanya digoreng sampai gurih..Tapi nenek hanya pakai kayu bakar aja nak..Jadi
merebus dan goreng’y jadi lama..Kacangnya ditambahin garem agar ada
rasanya..”
Aku :”Wah mungkin kacang goreng ini menjadi enak karena nenek yg gorengnya..Dan
kayu bakar yg digunain itu yg menjadikannya enak juga..Harus belajar banyak nh
dari nenek..Mkasih yah nek, kapan-kapan aku ingin bertanya lagi y nek..”
Nenek : ”ya nak ngk apa-apa..”
(wajah nenek sangat senang karena ada yg menyukai kacangnya..)
(wajah nenek sangat senang karena ada yg menyukai kacangnya..)
Sobat pembaca mungkin ini adalah bagian pertama dari cerita sang nenek..Karena dikesempatan selanjutnya mau bertanya-tanya lagi, mengapa sang nenek harus berjualan dan mencari uang hingga larut malam seperti ini..Sahabat..Kita cukup beruntung tidak mencari uang dengan cara nenek lakuin..Namun rasa syukur sang nenek dan semangatnya itu yg kita harus ambil sebagai pengingat kepada-Nya dalam kehidupan ini..
Sahabat..Nantikan y kelanjutan cerita dari sang nenek yg kedua..
By: -Dimensi Kehidupan-